Pengarahan Pagelaran Heeewah 2016



 

TIDAK sedikit pelajar SMP-SMA, guru, dan pengelola pendidikan bertanya arti “heeewah” yang tengah jadi buah bibir. Tapi, Pak Awang Faroek Ishak seketika berseru, “Ini bahasa Kutai! Bagus sekali kalian pakai!” –saat menerima manajemen Kaltim Post Group untuk rencana penyelenggaraan Heeewah 2016-Pekan Seni Pelajar Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu.

Saya mendengar “heeewah” pertama kali dari Herman A Salam, penulis novel historiografi Senopati Awang Long. Heeewah, katanya, adalah ungkapan yang biasa diseru penonton pada pertunjukan seni tradisi berbasis budaya Melayu-Arab. Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura AM Parikesit, konon, kerap menyerukannya untuk sajian nomor-nomor Tingkilan dan Gambus yang diundang tampil di kediaman beliau di Tenggarong.

Belum ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Pun belum diketahui, sejak kapan dan bagaimana ia mewarnai keriuhan panggung seni tradisi. Mungkin sama dengan “horeee!” atau “yaaaee!” Secara kebahasaan hampir tanpa arti, tetapi bukannya tanpa makna. Heeewah menyiratkan ekspresi kepuasan atas capaian kreatif. Mirip histeria.

Tapi heeewah bukanlah sekadar sorak-sorai, dan ekspresi excited. Dia juga menyiratkan dukungan dan dorongan, demi mutu kreasi yang meningkat. Jika dikalimatkan sangat mungkin ia lantas berbunyi; “Ayoo! Lebih baiklah lagii! Lebih baiklaah!”

Dukungan dan dorongan itulah yang dikandung dalam penyelenggaraan Heeewah 2016, Februari ini sampai Mei nanti. Dan tak dinyana, juga ditunjukkan Pak Awang. Gubernur Kalimantan Timur yang fasih menyanyi ini malah menjanjikan hadiah bagi juara umum di dua kategori pesertanya –SMP maupun SMA.

“Segera koordinasikan dengan Bu Dayang Budiati (kepala Dinas Pendidikan). Saya mendukung kegiatan ini. Dia tentu ikut antusias,” kata beliau. Pak Awang menyebut kenduri seni Heeewah 2016 sangat relevan dengan gerakan revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Kini panitia tinggal menunggu Dayang merealisasikan janji Pak Awang.

Gayung bersambut, kata berjawab. Rita Widyasari, bupati Kutai Kartanegara, tak kalah cepat. “Saya sediakan hadiah untuk semua pemenang di cabang lomba film pendeknya,” kata bupati penggemar heavy-metal ini.

Heeewah 2016 yang digarap Kaltim Post Group bersama Komunitas Ladang dan Jaring Penulis Kalimantan Timur terdiri dari sejumlah kegiatan pokok. Dari lomba-lomba, seminar-workshop, bazar buku, pemutaran film pendek, pameran dan demo melukis, sampai penerbitan antologi cerita pendek dan puisi. Lomba-lomba mencakup cabang teater, tari, cerita pendek-puisi, film pendek, dan lukis. Juga, lomba majalah dinding tiga dimensi.

Pada rangkaian seminar-workshop, sejumlah sosok ternama di bidang masing-masing ambil bagian sebagai narasumber dan instruktur. Sebutlah, umpamanya, sineas Garin Nugroho, sastrawan Ahmad Tohari, pegiat teater Untung Basuki, perupa Ong Hari Wahyu, penari Rulyani Isfihana, dan pelukis Galuh Taji Malela.

Sejatinya, Heeewah 2016 adalah pengembangan festival teater sekolah yang digelar Kaltim Post Group bersama Komunitas Ladang pada 2007 silam, yang ambil bagian 22 perkumpulan teater sekolah negeri dan swasta di Samarinda. Juga, kelanjutan dari 30-an kali Nonton Bareng Teater dan Sastrawan yang telah berlangsung di Studio Komunitas Ladang, yang mengutamakan peserta dari kalangan pelajar SMP-SMA.

Semangat para pelajar SMP-SMA calon peserta lomba-lomba Heeewah 2016 kini tentu kian terpompa. Menyusul Rita, Hadi Mulyadi, dan Hetifah Saefudian, dua wakil rakyat Kalimantan Timur di DPR-RI, tak kalah antusias. Bila Hadi menyediakan hadiah untuk cabang lomba puisi, Hetifah menitipkan hadiah untuk cabang lomba majalah dinding tiga dimensi kategori SMA.

Partisipan penyedia hadiah masih susul-menyusul. Tak hanya memobilisasi para kepala sekolah bagi kemungkinan keikutsertaan pelajar di Samarinda dalam event ini, Kepala Dinas Pendidikan Asli Nuryadin bahkan menyediakan pula hadiah untuk cabang lomba cerita pendek.

Dari Balikpapan terbetik kabar, Kepala Dinas Pendidikan Muhaimin juga segera melakukan hal serupa, menghimpun para kepala sekolah untuk memobilisasi partisipasi dalam Heeewah 2016.

“Tolong juga catatkan hadiah di salah satu cabang lomba dari kami,” kata Muhaimin kepada Romdani, jurnalis Kaltim Post yang menemuinya belum lama ini. Beliau kemungkinan menyediakan hadiah untuk cabang lomba majalah dinding tiga dimensi kategori SMP.

Dengan telah tersedianya hadiah-hadiah juara umum, dan para juara lomba-lomba film pendek, puisi, cerita pendek, dan majalah dinding, partisipasi penyediaan hadiah kini tinggal terbuka untuk cabang-cabang lomba lukis, teater, dan tari.

Mengingat pengalaman Festival Teater 2007 yang juga dihelat Kaltim Post Group, hadiah cabang lomba teater kemungkinan disediakan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang. Jauh sebelum terjun ke arena politik di DPRD Samarinda, kemudian menjadi wali kota dua periode, Jaang dikenal luas sebagai penyantun kegiatan-kegiatan teater.Tak kalah penting untuk dicatat adalah komitmen Kepala Taman Budaya Kalimantan Timur, Guntur, yang menyilakan pemakaian seluruh fasilitas di lembaga yang kini dikelolanya.

“Silakan pakai semua. Saya hanya minta dua hal. Pertama jangan kami diminta berpartisipasi di bidang pendanaan. Kedua, mohon maklumi, jika Sabtu dan Minggu bangunan workshop kami dipakai untuk resepsi pernikahan,” katanya kepada Herman A Salam dan Agus Dwi Utomo, dua sejawat Komunitas Ladang, yang menemuinya beberapa waktu lalu.

Meski belum menyatakannya secara eksplisit, kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Timur, Dayang Budiati, yang berlatar belakang penari sangat mungkin menyediakan hadiah untuk cabang tari. Adapun hadiah untuk cabang lomba lukis, sedang mengemuka nama-nama calon partisipan, semisal Wali Kota Bontang Neni Moernaeni, atau kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kalimantan Timur, HM Aswin.

Bilamana partisipasi para beliau, plus keterlibatan para partisipan di berbagai aspek penyelenggaraan kegiatan ini, nanti lengkap dan terlunaskan, kompletlah “heeewah” sebagai kerja sama penggeloraan semangat kreatif di kalangan pelajar di Kalimantan Timur.

Mengingat kebijakan cukur anggaran di hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan, aneka dukungan itu tentu tidak diberikan dengan mudah, dan sekaligus mengandung harapan. Saat terpepet saja para beliau masih suportif, apatah pula bila sedang tidak terpepet, ketika anggaran-anggaran tidak tercukur?

Mudah-mudahan, dan seyogianyalah begitu. Kesenian adalah “jalan” bagi pembentukan perilaku berkehalusan budi. Apapun cara memang harus ditempuh, bagi ikhtiar penunaiannya. Heeewah! 

dan Pada Kesempatan Teater EMPAT Untuk Pertama Kalinya di Heeewah Kami Mendapatkan Kesempatan Kunjungan Untuk Pengarahan Khusus Untung Basuki dari Jogja Biasa Dipanggil "Mas Untung"




0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply
Postingan Lama